news

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Muhammadiyah Tidak Serukan Ikut Demo 4 November


Semarang; -- Ormas Islam bakal menggelar demo besar-besaran pada 4 November 2016 terkait dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Demo itu akan dilakukan setelah Jumatan pada 4 November 2016 dengan berjalan dari Masjid Istiqlal menuju Istana Presiden.
Terkait itu, Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Yunahar Ilyas saat ditemui pada acara tabligh akbar Hari Bermuhammadiyah PDM Kota Semarang tentang "Ada Apa dengan Surat Al Maidah ayat 51", ia mengatakan bahwa Muhammadiyah menyerahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku.
“Kalau Muhammadiyah tidak menyerukan untuk demonstrasi, kita sudah menyampaikan pendapat kita melalui proses hukum, biarlah proses ini berjalan,” kata Buya Yunahar kepada redaksi websitemuhammadiyah.or.id, Ahad (30/10).
“Namun, kami tidak bisa melarang orang yang ingin berdemonstrasi, sekali lagi ini adalah negara demokrasi, yang menjunjung tinggi hukum,” tambahnya.
Wakil Ketua Umum MUI Pusat ini juga menghimbau agar demostrasi dilakukan dengan aman, tertib damai, tidak boleh ada anarkis, perusakan, dan kerusuhan.
“Hati-hati dengan provokator yang suka memancing kerusuhan, karena kedamaian mahal harganya,” ujarnya. (dzar)
Sumber: http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-8003-detail-yunahar-ilyas-muhammadiyah-tidak-serukan-ikut-demo-4-november.html

Demonstrasi Merupakan Bagian dari Hak Warga Negara

YOGYAKARTA- Menanggapi terkait isu demo massa yang direncanakan pada tanggal 4 November 2016 mendatang di Jakarta, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Haedar Nashir, menanggapi demo massa tersebut merupakan wujud penyaluran aspirasi sah dan wajar di alam demokrasi.
Haedar mengatakan bahwa Pemerintah, khususnya kepolisian, tidak perlu risau dengan demo, baik massa kecil maupun besar, karena hal itu merupakan wujud berdemokrasi. “Kepolisian justru berkewajiban mengamankan dan menjaga ketertiban hingga demo tersebut berlangsung aman, damai, tertib, dan tidak anarkis,” pungkasnya.
Kembali dilanjutkan Haedar, Pemerintah dan Polri hendaknya sensitif dalam merespons aspirasi masyarakat, terutama dalam menangani kasus penistaan agama seperti yg dituntutkan. “Jika terkesan menunda, mengulur, atau seolah mengambangkan, justru akan menambah persoalan makin meluas,” lanjutnya.
“Tegakkan hukum tanpa pandang bulu,” tegas Haedar.                     
Haedar juga menambahkan, MuhĂ mmadiyah tidak dapat menghalangi jika ada angkatan muda Muhammadiyah yang turut serta dalam aksi demo tersebut. “Demo sebagai bagian dari hak warganegara, yang terpenting tetap damai dan bermartabat serta mengindahkan hukum dan  peraturan yang berlaku, ” tambahnya.                   
“Jika ada angkatan Muhammadiyah yang ikut demo, itu merupakan hak dia sebagai warga negara, bukan membawa atribut Muhammadiyah,” tegas Haedar.                 
Haedar juga berpesan kepada pihak Kepolisian agar jangan berlebihan dalam menyikapi dan menangani kemungkinan demo tersebut, sejauh sesuai aturan dan sejalan dengan prinsip demokrasi. “Tidak kalah pentingnya justru memperhatikan aspirasi dan tuntutan yang disuarakan secara demokratis,” tegasnya.(adam)
Sumber: http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-7991-detail-haedar-nashir--demonstrasi-merupakan-bagian-dari-hak-warga-negara-yang-penting-damai.html

Haedar Nashir : Agama Sumber Pencerahan

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA- "Tuhan telah mati, Gott ist tot," ujar Friedrich Nietzsche. Pemikir Jerman itu bahkan bersuara lantang, "Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya." Di bagian lain dalam karya ternamanya, 'The Madman', dia menulis, "Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi Tuhan-Tuhan?"
Sebuah kegilaan pemikiran khas kaum humanis-sekuler di Eropa Barat era Renasains. Pemikiran Nietzsche adalah puncak dari mata rantai ateisme dalam sejarah modern Barat sejak abad ke-14 yang diawali dari Italia terus merambah ke Jerman, Prancis, dan Inggris.

Friedrich Hegel dalam nada lain menyatakan, "Bagi suatu bentuk pengalaman, Tuhan sudah mati." Sebelumnya, Heinrich Heine menyatakan tentang "Tuhan yang sedang sekarat." Sementara, Ludwig Feuerbach dengan nyaring mengungkapkan, Tuhan hanyalah gambar yang dibikin manusia.

Gerakan pemikiran tentang "kematian Tuhan" melahirkan apa yang disebut dalam tradisi sosiologi agama sebagai 'teotanalogi'. Tokoh penggerak teologi ini ialah para teolog Gabriel Vahanian, Paul van Buren, William Hamilton, dan Thomas JJ Altizer, serta rabi Yahudi, Richard Rubenstein. Mereka lahir dalam kultur "santri" Kristen dan Yahudi, yang berontak terhadap paham agama abad tengah yang serbateosentristik.

Pemikiran anti-Tuhan itu merembet dan menjadi satu paket dengan agnotisme, gerakan antiagama. Bagi umat beragama, kalimat-kalimatnyinyir tersebut tentu sangat menyakitkan dan sebagai genderang perang melawan agama.

Para pemikir garang itu sebenarnya tidak betul-betul menyatakan Tuhan mati secara fisik dan eksistensial, tetapi ingin melukiskan berakhirnya teosentrisme dan konservatisme agama pada era modern berwawasan humanisme-sekuler. Inilah sejarah peradaban Barat yang bergerak ekstrem dari satu kutub ke kutub lain dalam oposisi biner yang saling bermusuhan.

Paham agama yang menegaskan kemanusiaan hingga ke sudut terjauh. Sebaliknya pemikiran filsafat dan nalar modern yang meminggirkan agama ke wilayah tersempit.

Sumber nilai berbangsa Indonesia sangat beruntung.

Bangsa dan negeri ini memiliki sejarah yang baik tentang agama. Awal mulanya agama Hindu yang dominan, selain Buddha, dan kepercayaan setempat. Kemudian datang Islam sekitar rentang abad ke-7 dan ke-13, yang menjadi agama dengan pemeluk terbesar.

Bersamaan dengan kehadiran kolonial, bahkan hadir Katolik dan Kristen, yang menyatu menjadi agama resmi bersama Islam, Hindu, dan Buddha. Belakangan diakui pula Khonghucu.

Keberagamaan dalam keragaman menjadi karakter bangsa Indonesia yang majemuk. Satu sama lain dalam sejarah panjang yang sarat dinamika saling membangun kebersamaan dalam spirit pluralisme yang damai dan toleran. Di sana-sini terjadi gesekan dan konflik, tapi secara umum terbangun suasana pluralisme keagamaan yang koeksistensi positif.

Anthony Giddens menyebutnya sebagai fenomena cultural pluralism, suatu kemajemukan yang terbentuk oleh proses kebudayaan yang mencair. Peran Islam dalam pluralisme keagamaan yang damai dan toleran di negeri ini sangatlah besar. Antropolog ternama Indonesia, Prof Dr Koentjaraningrat, dan sejarawan Prof Dr Sartono Kartodirdjo dengan tegas menunjuk Islam sebagai faktor penting terbentuknya integrasi nasional.

Tanpa kebesaran jiwa umat Islam dalam peristiwa Piagam Jakarta 18 Agustus 1945, bahkan Republik Indonesia ini, tidak akan hadir utuh dan awet seperti sekarang ini. Peran tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo dan Mr Kasman Singodimedjo dalam momen sejarah yang menentukan republik ini, sangatlah penting dan besar.

Para pendiri negara dari seluruh golongan agama dan beragam latar belakang sungguh arif ketika meletakkan agama sebagai faktor penting dan utama sebagaimana tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh Pasal 29. Perumusan Pancasila dengan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa makin menguatkan posisi agama dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Agama tidak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini.

Maka, menjadi naif dan sangat mencederai umat beragama manakala ada yang merendahkan, melecehkan, dan mengerdilkan ajaran agama atas nama apa pun. Sikap gegabah seperti itu bukan hanya melukai umat beragama ke jantung terdalam dari sebuah keyakinan, melainkan juga dalam konteks kenegaraan sebenarnya merupakan cermin penodaan terhadap spirit kebangsaan-kenegaraan yang diletakkan para pendiri bangsa ini. Hari ini dan ke depan, siapa pun, tidak boleh ugal-ugalan dalam berbangsa dan bernegara, lebih-lebih tatkala menyentuh wilayah agama.

Mencerahkan kehidupan Bangsa Indonesia memasuki fase krusial pasca-reformasi.

Liberalisasi politik yang bersenyawa dengan liberalisasi ekonomi dan budaya telah menggiring kehidupan kebangsaan menjadi serba bebas dan sekuler. Pandangan tentang demokrasi dan hak asasi manusia yang serba liberal sampai batas tertentu mulai mengetepikan nilai-nilai agama, terutama di ruang publik dan negara. Rasa hormat terhadap idiom-idiom keagamaan pun mulai luruh sehingga kelancangan mulai menyeruak.

Sementara, pendewaan terhadap demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan makin kencang seolah mekar menjadi agama baru. Karena itu, kini diperlukan refleksi baru dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan di republik ini dengan menempatkan agama sebagai sumber nilai yang penting dan utama.

Bagi umat beragama, tentu tantangan sekularisasi dan liberalisasi itu penting untuk dijadikan momentum muhasabah. Ke dalam, bagaimana membentuk insan beragama agar makin kokoh iman dan pemahamannya atas nilai-nilai luhur agama yang dipeluknya, dengan mengembangkan toleransi yang tulus terhadap pemeluk agama berbeda dalam persaudaraan kemanusiaan yang utama. Ke luar, bagaimana menjadikan agama sebagai rahmat bagi semesta sehingga setiap anak Adam di muka bumi ini merasakan kebajikan terbaik dari kehadiran umat beragama.

Pendek kata, agama niscaya menjadi sumber pencerahan hidup seluruh umat manusia, termasuk mencerahkan para pemeluk agama itu sendiri. Agama dan umat beragama harus mampu menciptakan peradaban utama dalam suasana hidup aman, damai, makmur, beradab, dan berkemajuan. Agama tidak berhenti di garis batas normatif dan dogma belaka, yang indah ketika bicara iman dan pemahaman, tapi miskin amal dan keteladanan yang cerah-mencerahkan. Pemeluk agama bahkan harus menjadi penyelamat alam, bukan ikut merusaknya.

Beragamalah secara autentik agar mencerahkan kehidupan. Setiap orang beriman harus menjamin kata sejalan tindakan. Ketika berpolitik dan mengemban mandat negara berperangai jujur, amanah, dan berkeadaban di samping sukses membawa kemajuan. Tatkala berniaga disertai keluhuran moral dan tidak memeras sesama serta merusak sendi-sendi kehidupan.

Berbudaya pun mesti dengan keadaban mulia dan tidak berperangai serba boleh. Agama harus menjadi pembeda dalam menampilkan perilaku uswah hasanahyang melahirkan peradaban mulia. Itulah beragama yang mencerahkan. (adam)
sumber: Harian Republika

Panduan Pengelolaan Masjid



PANDUAN PENGELOLAAN MASJID MUHAMMADIYAH JAWA TIMUR

Majelis Tabligh PWM Jawa Timur






BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal  1
Dalam Panduan ini yang dimaksud dengan
1.      Masjid Muhammadiyah ialah masjid yang didirikan dan dimiliki secara sah,  serta dikelola oleh Muhammadiyah sebagai sarana ibadah dan pembinaan ummat sesuai dengan visi dan misi Muhammadiyah.
2.      Takmir ialah pengurus masjid yang ditetapkan oleh Pimpinan Persyarikatan untuk mengelola, memakmurkan, dan mengamankan masjid.
3.      Pimpinan Persyarikatan ialah Pimpinan Muhammadiyah.
4.      Majelis Tabligh ialah unsur pembantu Pimpinan Muhammadiyah dalam bidang penyiaran Agama Islam.
5.      Amal Usaha Muhammadiyah ialah fasilitas yang didirikan dan dikelola oleh Muhammadiyah untuk dakwah amar makruf nahi munkar guna mencapai tujuan Muhammadiyah.
6.      Kaidah Muhammadiyah ialah nilai-nilai dan peraturan Muhammadiyah yang harus dilaksanakan oleh seluruh Anggota dan Amal Usaha Muhammadiyah.
7.      Himpunan Putusan Tarjih (HPT) ialah rumusan tentang keimanan, ibadah, dasar-dasar penetapan hukum,  pandangan yang berdasarkan nash yang sharih dan mantuq  yang diputuskan oleh Muktamar Tarjih dan ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai pedoman untuk menghindari perselisihan di kalangan Warga Muhammadiyah[1].
8.      Kiblat ialah arah shalat yaitu Ka’bah sesuai dengan posisi astronomis
9.      Imam ialah orang yang ditugasi Takmir untuk memimpin shalat jamaah
10.  Khatib ialah orang yang ditugasi Takmir untuk menyampaikan Khutbah
11.  Muadzin ialah orang yang ditugasi Takmir untuk mengumandangkan adzan dan iqamah.
12.  Muballigh ialah orang yang ditugasi Takmir untuk memberikan ceramah/pengajian.

BAB II
LINGKUP, FUNGSI, DAN TUJUAN

Pasal  2
Lingkup
Lingkup panduan ini meliputi
1.      Identitas Masjid Muhammadiyah
2.      Pengorganisasian Masjid
3.      Kegiatan Masjid
4.      Pengembangan Masjid
5.      Pendanaan Masjid
Pasal 3
Fungsi
Sebagai  acuan seluruh Takmir Masjid Muhammadiyah di Jawa Timur agar Masjid Muhammadiyah  terpelihara sebagai aset Muhammadiyah dan basis gerakan Muhammadiyah
Pasal 4
Maksud dan Tujuan
Masjid yang didirikan Persyarikatan Muhammadiyah di Wilayah Jawa Timur dikelola atas dasar kaidah-kaidah Muhammadiyah dalam rangka mencapai Tujuan Muhammadiyah.

BAB III
IDENTITAS MASJID MUHAMMADIYAH

Pasal 5
1.      Masjid dibangun dengan tata ruang yang baik dan arsitektur sederhana tapi menunjukkan Keagungan Allah dan keutamaan Agama Islam
2.      Masjid/shaf shalat  menghadap Kiblat sesuai posisi astronomisnya
3.      Bagian tertentu masjid ada lambang Muhammadiyah yang jelas tapi tidak berlebihan
4.      Takmir terdiri atas Anggota Muhammadiyah yang faham dan konsisten dalam melaksanakan visi dan gerakan Muhammadiyah
5.      Bangunan masjid bersih dan terawat dengan baik
6.      Suasana jamaah masjid tenang dan khusyu’
7.      Penyelenggaraan ibadah berdasar HPT
8.      Pengeras suara keluar hanya digunakan untuk adzan, iqamah, dan Takbir Id
9.      Setiap awal waktu shalat fardlu mengumandangkan adzan
10.  Menyelenggarakan jamaah shalat fardlu di awal waktu
11.  Menyelenggarakan jamaah Shalat Jum’at
12.  Menghidupkan amalan Ramadan
13.  Suasana  silaturahmi/ukhuwah Islamiyah diantara Takmir, jamaah, dan masyarakat di sekitarnya
14.  Masjid  sebagai tempat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah, taqarrub, sehingga jamaah menjadi bersih jiwanya dan terdorong melakukan keshalihan dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat
15.  Masjid sebagai tempat pembinaan masyarakat agar kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat dijiwai oleh Islam
16.  Masjid sebagai media tolong menolong, ta’awun, sehingga terwujud kesejahteraan diantara Takmir, jamaah, dan masyarakat

BAB IV
PENGORGANISASIAN  MASJID

Pasal 6
Status Masjid dan Takmir Masjid Muhammadiyah

1.      Masjid Muhammadiyah adalah Amal Usaha Muhammadiyah dalam bidang Tabligh
2.      Untuk mengorganisasikan dan memakmurkan Masjid Pimpinan Persyarikatan mengangkat Takmir
3.      Operasional pembinaan Takmir menjadi kompetensi Majelis Tabligh

Pasal 7
Penetapan Takmir
1.      Kepengurusan Takmir Masjid diusulkan oleh Majelis Tabligh kepada Pimpinan Persyarikatan  setelah di musyawarahkan dengan jamaah Masjid.
2.      Periode Takmir Masjid adalah empat tahun
3.      Seorang Ketua Takmir hanya boleh menjabat sebanyak-banyaknya dua periode[2]
4.      Penetapan Takmir Masjid
a.      Masjid yang didirikan oleh Pimpinan Ranting atau Pimpinan Cabang penetapan Takmirnya dilakukan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah setempat dengan SK
b.      Masjid yang didirikan oleh Pimpinan Daerah  penetapan Takmirnya dilakukan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah setempat dengan SK
c.       Masjid yang didirikan oleh Pimpinan Wilayah penetapan Takmirnya dilakukan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dengan SK
5.      Penetapan Takmir Masjid yang menjadi fasilitas Amal Usaha di SK-kan oleh Pimpinan Amal Usaha yang kemudian dilaporkan kepada Pimpinan Persyarikatan setempat yang tembusannya disampaikan kepada Majelis Penyelenggara dan Majelis Tabligh setempat

Pasal 8
Organisasi Takmir Masjid
1.       Takmir dipimpin oleh seorang Ketua
2.       Ketua dibantu
a.      Seorang atau beberapa orang Wakil Ketua
b.      Seorang Sekretaris dibantu seorang atau beberapa Wakil Sekretaris
c.       Seorang Bendahara dibantu seorang Wakil Bendahara
3.       Organisasi Takmir dilengkapi dengan Bidang meliputi
a.      Bidang Pembinaan Ibadah
b.      Bidang Pembinaan Jamaah
c.       Bidang Pendidikan
d.      Bidang Sarana/Prasarana
4.       Tugas Bidang
a.      Pembinaan Ibadah
                                                              i.      Mengatur Muadzin dan Imam Shalat Wajib
                                                            ii.      Mengatur Shalat Jumat dan Khatib
                                                          iii.      Mengatur Kegiatan Ramadan
b.      Pembinaan Jamaah
                                                              i.      Mengatur Penyelenggaraan Pengajian
                                                            ii.      Mengatur “jamaah perpuluhan” dalam rangka Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah
                                                          iii.      Mengatur pembinaan Jamaah Perempuan
                                                           iv.      Mengatur Pembinaan Jamaah Remaja
                                                             v.      Bimbingan Muallaf
                                                           vi.      Bimbingan Zakat, Infaq, Qurban, dll
                                                         vii.      Kegiatan ekonomi
c.       Pendidikan
                                                              i.      Taman Pendidikan al Quran (TPQ)
                                                            ii.      Madrasah Diniyah
                                                          iii.      Kursus membaca al Quran
                                                           iv.      Bustanul Qira`ah
d.      Sarana/Prasarana
                                                              i.      Kebersihan masjid, toilet, dan ketersediaan air
                                                            ii.      Pemeliharaan instalasi listrik, pengeras suara, air, bangunan secara rutin
                                                          iii.      Perbaikan kalau ada bagian masjid atau instalasi yang rusak
                                                           iv.      Menyiapkan rencana perluasan masjid dan perlengkapan masjid sesuai dengan perkembangan jumlah dan keperluan jamaah
5.       Kepengurusan Takmir bersifat kolektif dan kolegial
6.       Takmir berkewajiban membuat Laporan Tahunan kepada Pimpinan Persyarikatan setempat berupa
a.      Laporan Kegiatan Masjid
b.      Laporan Keuangan

Pasal 9
Persyaratan Takmir Masjid
1.      Anggota Muhammadiyah
2.      Bisa membaca al Quran
3.      Faham dan mengamalkan tata cara peribadatan yang telah dirumuskan dalam HPT
4.      Sanggup memimpin dan mengatur ibadah sesuai rumusan HPT
5.      Sanggup bertindak tegas terhadap orang yang menyebarkan paham dan gerakan yang bukan berasal dari Muhammadiyah

Pasal 10
Muadzin dan Imam
1.       Setiap Masjid wajib mengumandangkan adzan dan menyelenggarakan jamaah shalat fardlu pada setiap awal waktu shalat fardlu
2.       Takmir wajib mengatur orang yang ditugasi sebagai Muadzin dan Imam agar setiap awal waktu shalat fardlu berkumandang adzan dan terselenggara jamaah shalat fardlu di awal waktu
3.       Pengaturan Muadzin dan Imam dilakukan dengan dua pilihan
a.      Muadzin dan Imam diatur secara bergilir diantara Takmir dengan jadwal
b.      Takmir menunjuk orang sebagai pegawai Masjid untuk melaksanakan tugas Muadzin dan Imam
4.       Jika Takmir menunjuk orang sebagai pegawai Masjid dengan tugas sebagai Muadzin dan Imam
a.      Diangkat oleh Takmir dengan SK setelah mendapat persetujuan Pimpinan Persyarikatan
b.      Petugas muadzin dan imam dapat diberi honor yang layak sesuai kemampuan keuangan Takmir
5.       Persyaratan Muadzin
a.      Anggota Muhammadiyah
b.      Cakap membaca al Quran
c.       Bersuara bagus dan lantang
d.      Mengerti dan menjalankan ibadah sebagaimana dirumuskan dalam HPT
e.      Sanggup mengumandangkan adzan setiap waktu shalat fardlu
6.       Persyaratan Imam
a.      Anggota Muhammadiyah
b.      Fasih membaca al Quran
c.       Hafal  surat-surat/ayat-ayat al Quran dan disarankan mencapai derajat Hafidl (hafal al Quran)
d.      Mengerti dan menjalankan ibadah sebagaimana dirumuskan dalam HPT
e.      Sanggup mengimami jamaah shalat setiap waktu shalat fardlu sesuai tuntunan HPT
f.        Bersuara bagus dan bisa berqira`ah dengan tajwid yang benar

Pasal 11
Khatib dan Muballigh
1.       Takmir Masjid berkewajiban
a.      Memilih  dan menetapkan Khatib Jum’at dan Muballigh yang terdiri atas figur
                                                  i.      Yang memiliki  komitmen untuk menyampaikan  ajaran Islam yang menjadi visi dan misi Muhammadiyah
                                                ii.      Yang dapat menjelaskan materi dakwah secara menarik, visoner, dan membangkitkan gairah Islam
b.      Menetapkan topik Khutbah Jumat dan Pengajian dengan terlebih dahulu mengkomunikasikannya dengan Khatib yang akan dtugasi
c.       Bertindak tegas terhadap Khatib dan Muballigh yang menyimpang dan merugikan Muhammadiyah
2.       Kriteria Khatib dan Muballigh di masjid Muhammadiyah
a.      Anggota Muhammadiyah
b.      Jika bukan Anggota Muhammadiyah harus menghormati Muhammadiyah dan tidak menyampaikan hal-hal yang menentang/merusak Muhammadiyah
c.       Uraian yang disampaikan bersifat meneguhkan dan mencerahkan sehingga Islam dipahami, dihayati, diamalkan, dan diperjuangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terwujud Islam sebagai rahmat li al ‘alamin

Pasal 12
Kelengkapan Administrasi Masjid

1.       Dokumen Kepemilikan Aset
a.      Memiliki surat tanah atas nama Persyarikatan Muhammadiyah berbentuk Sertifikat Hak atau Akta Ikrar Wakaf atau bentuk lain yang menyatakan secara sah sebagai aset Persyarikatan Muhammadiyah
b.      Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
c.       Piagam Pendirian Masjid yang diterbitkan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
2.       Atribut
a.      Papan Nama Masjid
b.      Prasasti sebagai Aset Muhammadiyah yang dibuat oleh Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
3.       Kesekretariatan
a.      Memiliki Ruang Sekretariat Takmir sebagai pusat pengendalian pengurusan masjid
b.      Susunan Takmir Masjid ditetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Persyarikatan
c.       Memiliki Program Kerja
d.      Memiliki Jadwal Khatib Jumat
e.      Memiliki Daftar Nama Khatib/Muballigh beserta identitasnya
f.        Memiliki Daftar Anggota Jamaah
g.      Buku Daftar Kegiatan
h.      Pembukuan Keuangan
i.        Daftar Inventaris Masjid
j.        Administrasi Kesekretariatan
                                                  i.      Mengarsip surat-surat kepemilikan tanah, IMB, dan surat berharga lainnya
                                                ii.      Agenda surat masuk dan surat keluar yang diarsip secara baik
                                              iii.      Notulen dan Daftar Hadir Rapat Takmir
                                               iv.      Jadwal Khatib yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Takmir

Bab V
Kegiatan Masjid

Pasal 13
Sekretariat
1.      Menyelenggarakan manajemen administrasi Masjid.
2.      Menyiapkan Laporan Tahunan Kegiatan Masjid
3.      Menyampaikan informasi agar Takmir dan Jamaah mengetahui hal-hal yang penting bagi ketertiban penyelenggaraan kegiatan Masjid seperti
a.      Jadwal Waktu Shalat
b.      Jadwal Khatib Jumat
c.       Jadwal Kegiatan Pembinaan Jamaah
d.      Susunan Takmir Masjid
e.      Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang permulaan dan akhir Ramadan, serta Idul Adha
f.        Informasi mengenai Jamaah yang terkena musibah
g.      Informasi kegiatan-kegiatan penting Muhammadiyah
h.      Informasi kegiatan-kegiatan Masjid yang perlu memperoleh partisipasi Jamaah
4.      Mempunyai Daftar Jamaah
5.      Menyelenggarakan fasilitas Teknologi Informasi untuk
a.      Keperluan kesekretariatan
b.      Database Masjid
c.       Internet agar Takmir dan Jamaah mengetahui perkembangan Muhammadiyah dan Dunia Islam serta bisa berkomunikasi dengan Warga Muhammadiyah dan Kaum Muslimin di tempat lain yang berskala lokal, regional, nasional, dan internasional
d.      Memasang monitor TV bagi masjid yang berukuran besar agar Jamaah dapat melihat Khatib yang sedang berkhutbah atau Muballigh yang sedang memberikan ceramah
6.      Papan Pengumuman Masjid dengan ketentuan semua pengumuman dan pamflet yang ditempelkan
7.      Menyelenggarakan Perpustakaan Masjid
8.      Menyelenggarakan Radio Komunitas Masjid (RKM) untuk menyiarkan Khutbah Jumat, Pengajian Bersilabus, informasi kegiatan masjid, informasi dakwah, informasi perkembangan Muhammadiyah dan Dunia Islam, hiburan yang bernafaskan Islam, siaran anak-anak yang bernafaskan Islam

Pasal 14
K e u a n g a n
1.      Bendahara berkewajiban
a.      Mengupayakan dana untuk pembiayaan operasional Masjid
b.      Menyediakan pembiayaan operasional Masjid
c.       Mengadminsitrasikan/membukukan keuangan Masjid
d.      Membuat Laporan Keuangan Bulanan dan Tahunan
e.      Membuat Daftar Inventaris Masjid
2.      Setiap akhir bulan memasang Laporan Bulanan Keuangan Masjid di papan pengumuman masjid

Pasal 15
Bidang Pembinaan Ibadah
1.       Mengatur Muadzin
2.       Mengatur Imam jamaah shalat fardlu
3.       Mengatur penyelenggaraan jamaah Shalat Jumat
4.       Memilih Khatib Jumat dan Muballigh Pengajian yang memiliki komitmen kuat terhadap visi dan misi Muhammadiyah
5.       Menyusun Jadwal Khatib Jumat yang akan disahkan oleh Takmir
6.       Kegiatan Ramadan dilaksanakan dengan mengacu kepada Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah
7.       Mengatur kegiatan Ramadan
a.      Imam dan Penceramah Qiyamu Ramadan
b.      Kajian Senja yang dilanjutkan dengan Takjil
c.       Tadarus tartil dan makna al Quran
d.      Iktikaf pada sepertiga akhir Ramadan
e.      Jamaah Shalat Subuh dan Kuliyah Subuh
8.       Mengatur pelaksanaan Takbir Malam Idul Fitri dan Idul Adha, serta Hari Tasyriq yang tanggalnya telah ditetapkan berdasar Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah
9.       Penyelenggaraan Tabligh Akbar
a.      Berkala misalnya bulanan
b.      Milad Muhammadiyah dan Tahun Baru Islam
c.       Peringatan Hari Besar Islam
                                                              i.      Maulid Nabi
                                                            ii.      Isra’ Mi’raj
                                                          iii.      Targhib Ramadlan
                                                           iv.      Nuzul al Quran

Pasal 16
Pembinaan Jamaah
1.      Penyelenggaraan Pengajian Bersilabus agar jamaah tafaqquh fi al din meliputi
a.      Kajian HPT dan PHI
b.      Aqidah Shahihah, Tajdid Pemikiran, dan Peradaban Islam
c.       Ibadah dan Syari’ah
d.      Tarikh Islam
e.      Tafsir al Quran
f.        Hadits Terpilih
2.      Pengorganisasian Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah
a.      Menetapkan Bapak dan Ibu Jamaah serta Inti Jamaah
b.      Mengatur pengorganisasian “jamaah perpuluhan” dalam rangka mempraktekkan Ajaran Islam sehingga terwujud kehidupan  ta’awun  seperti mempererat silaturahim/ukhuwah Islamiyah tanpa memandang status sosial ekonomi guna
                                                              i.      Menjaga iman dan Islam jamaah beserta keluarganya
                                                            ii.      Memberi pertolongan jika ada
1).    Jamaah yang sakit termasuk membantu pembiayaan bagi yang tergolong  dlu’afa`
2).    Jamaah yang mengalami musibah
3).    Keluarga yang mengalami kesulitan pembiayaan pendidikan bagi anak-anaknya
4).    Membantu keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi
5).    Pembinaan Keluarga Sakinah
3.      Mengatur pembinaan Jamaah Perempuan
a.      Kajian Adabul Mar`ah fi al Islam
b.      Kajian Fiqhun Nisa`
c.       Keluarga Sakinah
4.      Mengatur Pembinaan Jamaah Remaja/Pemuda
a.      Pembinaan Remaja/Pemuda sebagai sarana kaderisasi dan regenerasi
b.      Melakukan kegiatan kajian Islam
c.       Menyalurkan bakat/minat remaja seperti seni, olahraga, IT, dll
d.      Mengorganisir remaja dalam
                                                              i.      IPM
                                                            ii.      Pemuda Muhammadiyah
                                                          iii.      Nasyiatul Aisyiyah
                                                           iv.      Tapak Suci
                                                             v.      Hizbul Wathan
5.      Bimbingan Muallaf
a.      Mencari infromasi dari Bapak/Ibu Jamaah orang-orang yang tertarik ingin masuk Islam
b.      Mensyahadatkan orang-orang yang masuk Islam
c.       Pengajian bimbingan bagi Mua`allaf
d.      Membina kelompok masyarakat yang menjadi sasaran pemurtadan dengan pengajian dan bantuan sosial
6.      Membantu LAZISMU dan Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial dalam mengorganisir zakat fitrah, zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah, qurban untuk disalurkan kepada kaum dlu’afa`  dan orang-orang yang qana’ah yang membutuhkan santunan
7.      Pemberdayaan ekonomi jamaah

Pasal 17
Bidang Pendidikan
Menyelenggarakan
1.      Taman Pendidikan al Quran (TPQ) bagi anak-anak
2.      Madrasah Diniyah[3]
a.      Madrasah Diniyah Awwaliyah bagi anak usia SD dan SMP
b.      Madrasah Wustha bagi anak usia SMP, SMA, SMK
3.      Kursus membaca al Quran bagi dewasa
a.      Pemberantasan Buta Huruf al Quran
b.      Membaca tartil al Quran
c.       Ilmu Tajwid
d.      Menulis huruf Arab
4.      Bustanul Qira`ah
a.      Kursus Qiraah al Quran
b.      Terjemah al Quran
c.       Tafsir al Quran

Pasal 18
Bidang Sarana/Prasarana
1.       Masjid dan seluruh fasilitasnya bersih dan terpelihara sehingga setiap saat dapat dipergunakan dengan baik dan mendatangkan suasana khusyu’
2.       Ketersediaan air untuk wudlu dan keperluan thaharah lainnya
3.       Jumlah fasilitas wudlu dan toilet memadai sesuai dengan kapasitas jamaah masjid
4.       Ketersediaan listrik untuk penerangan, pengeras suara, dan alat-alat lainnya
5.       Pengeras suara (sound system) dan tata suara (akustik) yang baik agar suara Muadzin, Imam, dan Khatib dapat didengar dengan jelas oleh jamaah dan tidak bising untuk menjaga kekhusyukan shalat dan khutbah
6.       Melakukan perbaikan berkala agar seluruh peralatan masjid dapat berfungsi dengan baik
7.       Tersedia Mushaf al Quran dalam jumlah yang memadai dan tertata rapi
8.       Tersedia rak tempat alas kaki jamaah
9.       Halaman masjid bersih dan rindang
10.    Tersedia lapangan parkir
BAB VI
PENGEMBANGAN MASJID

Pasal 19
Rencana Perluasan Masjid
1.       Setiap Takmir hendaknya mempunyai Rencana Induk Pengembangan Masjid guna merespon  perkembangan jumlah jamaah dan keperluan kegiatan pembinaan jamaah
2.       Rencana Induk disusun dengan maksud agar
a.      Masjid  ramah lingkungan sehingga jamaah nyaman dalam masjid 
b.      Hemat energi dengan penyinaran dan penghawaan alamiyah yang cukup terutama di siang hari sehingga penggunaan peralatan yang menggunakan tenaga listrik dapat dihemat
3.       Rencana Induk Pengembangan meliputi
a.      Rencana Tata Ruang
b.      Rencana tahapan perluasan lahan
c.       Rencana perluasan ruang
d.      Rencana penambahan fasilitas masjid
e.      Arsitektur sederhana tapi menunjukkan Keagungan Allah dan keutamaan Agama Islam
4.       Rencana Induk Pengembangan memperhatikan
a.      Tata ruang
b.      Penghawaan
c.       Penyinaran
d.      Penghijauan lingkungan

Pasal 20
Tipenisasi Masjid
Untuk meningkatkan peran Muhammadiyah di Jawa Timur dalam penyelenggaraan masjid
1.       Di tingkat Wilayah ada Masjid Raya dengan daya tampung ...
2.       Di setiap Daerah ada Masjid Agung dengan daya tampung ...
3.       Di setiap Cabang ada Masjid Jami’ dengan daya tampung ...
4.       Di setiap Ranting setidak-tidaknya memiliki Mushalla dengan daya tampung ...

Pasal 21
Musabaqah Masjid
Untuk menggairahkan pemakmuran Masjid Muhammadiyah
1.      Musabaqah Masjid
a.      Majelis Tabligh Daerah menyelenggarakan Musabaqah Masjid Tingkat Daerah
b.      Majelis Tabligh Wilayah menyelenggarakan Musabaqah Masjid Tingkat Wilayah
2.      Tata cara Musabaqah
a.      Musabaqah Masjid Tingkat Daerah diselenggarakan dengan cara
                                                  i.      Majelis Tabligh Daerah melakukan penilaian terhadap seluruh Masjid yang ada di daerahnya, atau
                                                ii.      Majelis Tabligh Daerah melakukan penilaian terhadap Masjid yang diajukan oleh Majelis Tabligh Cabang
b.      Musabaqah Masjid Tingkat Wilayah diselenggarakan dengan cara Majelis Tabligh Wilayah menilai Masjid yang telah memenangkan Musabaqah Tingkat Daerah yang diajukan oleh Majelis Tabligh Daerah
3.      Penilaian
a.      Manajemen Masjid
b.      Kegiatan Masjid
c.       Arsitektur Masjid
d.      Tata Ruang
4.      Tim Penilai terdiri atas orang-orang yang kompeten di bidangnya.

Pasal 22
Ikatan Takmir Masjid Muhammadiyah
1.      Untuk membantu Majelis Tabligh dalam mengkoordinasikan Takmir Masjid Muhammadiyah dibentuk Ikatan Takmir Masjid Muhammadiyah.
2.      Ikatan Takmir Masjid Muhammadiyah dibentuk
a.      Di tingkat Daerah untuk mengkoordinasikan Masjid Muhammadiyah dalam satu Daerah
b.      Di tingkat Wilayah untuk mengkoordinasikan Masjid Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur
3.      Fungsi Ikatan Takmir
a.      Menjalin silaturahim antar Takmir Masjid Muhammadiyah
b.      Membantu Majelis Tabligh
                                                  i.      Koordinasi Masjid Muhammadiyah
                                                ii.      Meneruskan  Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang permulaan dan akhir Ramadan serta Idul Adha
                                              iii.      Meneruskan instruksi dari Majelis Tabligh kepada Takmir-takmir
                                               iv.      Saling bertukar pengalaman dalam pengelolaan Masjid Muhammadiyah dalam rangka peningkatan tampilan dan kegiatan masjid Muhammadiyah
                                                 v.      Memberi saran kepada Majelis Tabligh dan Pimpinan Persyarikatan untuk mendirikan masjid/ mushalla baru di kawasan yang memerlukan masjid/mushalla
                                               vi.      Melaksanakan Musabaqah Masjid Muhammadiyah

BAB VII
PENDANAAN MASJID

Pasal 23
1.       Pendanaan Opersional Masjid berasal dari
a.      Infaq jamaah setiap Jumat
b.      Donatur jamaah
c.       Sumbangan yang tidak mengikat
2.       Pengadaan lahan
a.      Wakaf
b.      Hibah
c.       Zakat
d.      Infaq
e.      Shadaqah
3.       Pembangunan fisik
a.      Zakat
b.      Infaq
c.       Shadaqah
d.      Kontribusi Amal Usaha
e.      Sumbangan yang tidak mengikat
4.       Bantuan pendanaan yang berasal dari pihak manapun tidak dapat mengubah status kepemilikan, kepengurusan,  amalan, gerakan yang menjadi visi, misi, dan identitas Muhammadiyah.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 24
1.       Masyarakat  Jawa Timur mengenal istilah masjid, dan mushalla atau langgar.
2.       Pemahaman masyarakat terhadap istilah mushalla atau langgar ialah fasilitas shalat jamaah yang tidak digunakan untuk jamaah Shalat Jumat.
3.       Pada kenyataannya di berbagai sekolah, kantor, dan fasilitas Muhammadiyah lainnya menyediakan ruang yang disebut Mushalla untuk shalat fardlu dan Shalat Jumat.
4.       Dalam Panduan ini tidak mempermasalahkan istilah Masjid atau Mushalla.

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 25
Panduan Pengelolaan Masjid Muhammadiyah Jawa Timur ini diperlukan sebagai rujukan pengelolaan Masjid Muhammadiyah Jawa Timur untuk menjaga Masjid Muhammadiyah sebagai aset Persyarikatan dan basis gerakan Muhammadiyah.






[1]Surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. K-1211/’67 tanggal 19 Rajab 1387/23 Oktober 1967 tentang Tanfidz Himpunan Putusan Tarjih Alinea Keempat
[2] Ketentuan ini bisa menyulitkan Ranting/Cabang yang belum mapan kaderisasi/regenerasinya
[3] Bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen

Top